Tuesday, September 9, 2008

GAME Sebagai Alat Evaluasi

K alo soal game, memang Dede-lah jagoannya. Saat kuliah dulu memang beliau ini yang sering "bertapa" untuk menghabiskan sebuah permainan dan keluar kamar hanya bila "Lapar, Mandi atau Urusan Sakit Perut".

Sebenarnya kita semua sebenarnya harus jujur pernah bermain game (apapun jenisnya) pada saat jam kerja lengkap dengan berbagai alasannya. Saya teringat saat kuliah, hampir 80% mahasiswa yang tergabung didalam himpunan mahasiswa mahir bermain jenis permainan kartu. Terdapat dua jenis yang umum sekali kami mainkan yaitu Truf dan Bridge. Truf dapat dikatakan merupakan cikal-bakal atau dasar dari permainan Bridge. Kedua permainan ini pertama kali kami mainkan hanya sekadar iseng belaka. Seiring dengan berjalannya waktu kualitas permainan semakin baik yang ternyata permainan ini terutama Brigde tidak bisa dimainkan sembarang situasi. Saya tahu bahwa Bridge merupakan salah satu bidang olahraga yang pada awalnya saya tidak menyadari bahwa dengan permainan ini "karakter" seseorang bisa terbaca dengan jelas. Sifat Kooperatif, Jujur, Terbuka, berani menanggung resiko, perhitungan atau bahkan Egois, takut serta keras kepala sangat jelas terbaca melalui permainan ini. Setelah beberapa lama saya bisa ambil hikmah seluruh permainan kartu (kebetulan saya penggemar permainan kartu...yang di komputer juga) yaitu mencoba menjaga kita agar tetap "FOKUS". Yang kita lakukan pada saat banyak problem yang harus kita selesaikan adalah mencoba rileks dengan tetap fokus agar pekerjaan dikerjakan dengan baik, pada saat seperti itu biasanya saya melakukan pekerjaan step by step dan memberikan waktu sejenak untuk evaluasi hasil dan evaluasi diri, "APAKAH SAYA MASIH FOKUS ATAU TIDAK?". Rehat sejenak dan mencoba menyelesaikan 1 buah game "SPIDER". kelihatannya memang sedang bermain tetapi saya tidak lakukan itu untuk bermain tetapi mencoba melakukan
evaluasi fokus masalah. bila tidak fokus percaya tidak percaya saya tidak dapat menyelesaikan game tersebut dan dalam kondisi bingung.
Permainan banyak dipercayai mempunyai banyak manfaat tetapi memang pada saat tertentu hal itu tidak diperbolehkan. Saya teringat bahwa Training saat di Colliers Jardine jakarta, permainan menjadi perangkap bagi banyak orang yang terlalu statis atau terlalu dinamis. Hubungan antara MASSAGE dan DELIVER sering membuat seseorang kebingungan sehingga melupakan TEAM WORK. Merasa Superior sehingga BEST GOAL harus dicapai dengan BEST SYSTEM padahal pesannya sangat mudah semudah menjawab pertanyaan "BAGAIMANA MEMASUKAN BOLA KE DALAM KERANJANG?". ya jawabnya tinggal MASUKIN AJA BOLANYA ATAU DILEMPAR SEPERTI ORANG MAIN BASKET ATAU AMBIL BOLANYA BAWA KE KERANJANG TERUS MASUKIN AJA.
Gamers sebutan para maniak game yang saya percaya mempunyai daya ingat di atas rata-rata (tetapi biasanya tidak digunakan untuk mengingat pelajaran nihh..dan inipun hasil penelitian tidak sah saya sihh). Mereka dengan mudah dan gamblangnya menjelaskan bagaimana sebuah permainan dapat diselesaikan. Coba kita kerjakan hal itu wah sepertinya butuh waktu lama untuk bisa jadi jagoannya deh.
Melalui permainan pula saya mencoba untuk selalu bisa melakukan evaluasi tumbuh kembang dan wawasan anak-anak.. Saya jadi teringat Oma Lenggu sering bilang bila kita ini bisa dibilang SANGAT PUAS MASA BERMAINNYA (paas di Bogor-IPB). Jadi inget Kakak n Dede yang cepat menjawab bila saya tanya "SIAPA YANG MAU MAIN KE TIMEZONE?".
Main Game saat kerja lebih baik tidak dilakukan apalagi bila game tersebut memang menyita waktu yang akhirnya pekerjaan tidak bisa diselesaikan dengan baik.
Catatan ini saya buat khusus untuk KRB dimanapun kalian berada, Black Community, Black Dresses, Colours Life Bro

1 comment:

  1. Black Community, Black Dresses, Colours Life Bro itu apaan ?

    ReplyDelete

Custom Search