Our special daughter, Louice: memiliki kelainan genetika "Noonan Syndrome" dan jantung bocor di 4 tempat.....
Senin pagi tanggal 10 Maret 2008 anak perempuan kedua kami lahir, namanya Louice Christy Nesyana. Dia lahir di RSB YPK dengan berat lahir 3.50 kg dan panjang lahir 48 cm. Dengan berat yang cukup besar Louice tampak lucu sekali, pipinya berisi, matanya tampak sipit dan hidungnya jadi agak menghilang. Kami bersyukur sekali saat itu karena anak kami lahir normal, sehat dan semuanya berjalan lancar.
Perasaan saya mulai tidak nyaman ketika saya melihat kalau Louice memiliki semacam bantalan di lehernya. Bantalan yang saya maksud adalah seperti ada sesuatu cairan lebih di lehernya yang mana kalau kita gendong ke sebelah kiri maka bantalan itu akan muncul di sebelah kanan dan sebaliknya. Bantalan itu timbul mulai dari kepala bagian bawah sampai bawah leher atau sekitar punggung atas. Ukurannya cukup besar. Belakangan saya tahu istilah medis untuk bantalan itu adalah ‘web’ dan karena letaknya di leher maka disebut ‘webneck’.
Keesokan harinya sekitar pukul 8 malam saya dipanggil oleh dokter anaknya, Prof Sofjan Ismail, ke ruangannya. Rasa khawatir mulai muncul dalam pikiran saya waktu itu. Dan apa yang menjadi kekhawatiran saya tentang Louice memang benar....Prof Sofjan mengatakan kalau Louice memang memiliki indikasi kelainan genetika yang disebut Achondroplasia atau kalau tidak Turner Syndrom namanya. Ciri fisiknya yang paling kelihatan adalah webneck-nya itu. Achondroplasia adalah kelainan genetika yang menyebabkan anak menjadi cebol, contohnya adalah Ucok Baba. Sedangkan Turner Syndrom adalah kelainan genetika yang menyebabkan anak menjadi pendek juga dan hanya menyerang bayi perempuan saja, perbandingannya 1 : 2.500 bayi atau bahkan 1 : 5.000 bayi dan biasanya jumlah kromosomnya tidak lengkap, yaitu 46X0 (untuk perempuan normalnya 46xx). Salah satu akibatnya bisa menyebabkan hormon kewanitaannya juga menjadi bias, misalnya payudara tidak berkembang, tidak mendapat menstruasi, dsb. Dokter mengatakan tidak ada perlakuan khusus untuk bayi seperti ini, perlakukan seperti bayi normal saja. Sedangkan pemeriksaan genetika disarankan untuk dilakukan minimal pada saat bayi sudah mencapai umur kira-kira 3 bulan.
Kabar ini tentu saja sangat membuat saya shock. Saya tetap tidak bisa mengelak untuk tidak berpikir macam-macam; terpikir apakah ada makanan atau obat yang saya salah konsumsi, apakah ada virus yang selama kehamilan tidak terdeteksi atau yang terakhir apakah saya memiliki kesalahan sehingga Tuhan menghukum saya dengan melahirkan anak dengan kelainan bawaan seperti ini. Akhirnya saya hanya bisa menangis, sedih sekali rasanya saat itu...... Tetapi mamah saya selalu mengatakan bahwa Louice kepunyaan Tuhan, kita hanya diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk melahirkan dan membesarkan anak itu....... Tuhan pasti punya sesuatu rencana atas hidup Louice.
Sejak saat itu setiap hari saya mendoakan Louice sambil mengurapi dia dengan minyak urapan. Saya belajar beriman bahwa webneck-nya itu akan mengecil, terus mengecil sampai akhirnya hilang. Setiap hari saya perkatakan untuk menolak kelainan genetika, menolak syndrom apapun namanya itu. Selama satu bulan saya menunggu untuk Louice dibawa ke dokter mendapatkan imunisasi pertamanya, sambil mengamati perkembangannya. Dalam masa satu bulan tersebut, saya melihat kalau Louice ini tidak kuat dalam menghisap ASI, lalu di minggu ketiga Louice mulai suka muntah setelah minum ASI, bahkan bisa sampai keluar yang berwarna kuning atau kadang-kadang hanya lendir putih bening yang keluar. Muncul perasaan was-was dalam hati saya mengenai keadaan Louice ini, tapi saya terus berusaha meyakinkan diri kalau Louice akan baik-baik saja.
Pada akhir minggu ke-4 saya membawa Louice untuk diperiksa dan diimunisasi pertama. Perasaan tidak nyaman mulai muncul ketika Louice ditimbang dan diketahui berat badannya tidak bertambah. Sambil menanti dokternya datang, saya mulai bingung memikirkan penyebab berat badannya tidak bertambah, padahal di bulan pertama itu berat badan bayi biasanya akan naik signifikan. Pada saat diperiksa,dokternya berkata kepada kami bahwa dia harus berterus-terang kalau Louice punya kelainan jantung bawaan. Lalu beliau memberikan surat pengantar untuk kami membawanya konsultasi dengan dokter spesialis anak - konsultan jantung anak di RS Medistra, Prof Soedigdo Sastroasmoro.
Saya terus bertanya-tanya dalam hati, Tuhan Yesus rencana apa yang Kau punya, apa yang Kau inginkan dari kami, apa yang harus kami lakukan selanjutnya......... Tetapi suami saya tetap tampak tenang dan hanya mengatakan jangan kuatir, Tuhan Yesus pasti akan menyatakan mujizat-Nya.
Keesokan harinya, kira-kira jam 6 sore kami tiba di Medistra dengan perasaan cemas. Setelah tiba giliran kami masuk dan diperiksa, dokternya mengatakan memang benar Louice mempunyai kelainan jantung bawaan. Setelah menjalani pemeriksaan Echocardiogram dikatakan kalau Louice memiliki kebocoran jantung di 2 tempat, yaitu di bilik kiri sebesar 5 mm dan di serambi kiri sebesar 6 mm. Dokternya mengatakan Louice diobservasi dahulu beberapa bulan untuk melihat apakah kebocorannya ini cenderung mengecil / membesar dan apakah mempengaruhi pertumbuhan berat badannya / tidak.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan fisik Louice tidak ada peningkatan berarti. Setiap bulan diperiksa ke dokter berat badannya tidak pernah bertambah dan tumbuh kembangnya pun terlambat. Tiga bulan sejak echo pertama, dilakukan pemeriksaan echo lagi dan ternyata dari hasilnya diketahui bahwa kebocorannya justru bertambah besar dan jantungnya cenderung membengkak, ditandai dengan dada yang semakin naik. Saat itu Prof Soedigdo mulai meminta kami untuk mempertimbangkan dilakukannya operasi jantung.
Selama berbulan-bulan kami bersikeras untuk tidak melakukan operasi jantung ini. Kami terus berdoa menolak dilakukan operasi. Sampai suatu saat, Natal 2008, Louice yang berumur 9 bulan mulai terserang penyakit radang paru (pneumonia). Badannya semakin kurus, dan hasil rontgennya menunjukkan kalau di parunya banyak flek dan jantungnya bengkak. Dokternya juga mengatakan kalau tekanan di parunya sudah cukup tinggi. Louice dirawat selama 3 minggu di rumah sakit sampai dia benar-benar pulih. Saat dirawat kami juga memutuskan untuk melakukan pemeriksaan genetika untuk mengecek kelengkapan kromosomnya di Lab Eijkman (di RSCM). Ketika mengetahui hasilnya kami merasa lega karena hasilnya menunjukkan kalau kromosom analisisnya lengkap 46XX seperti seharusnya.
Imlek 2009, ada seseorang yang memberitahukan agar kami mulai belajar mengubah pola pikir kami menjadi positif dalam menghadapi kejadian ini. Optimis bahwa Louice akan sehat, sembuh, sempurna di dalam tangan Tuhan Yesus. Belajar untuk tidak takut dan tidak kuatir lagi. Kami sepakat untuk belajar melakukan itu dan hasilnya memang nyata. Louice tampak mulai stabil kondisinya, muntahnya mulai berkurang bahkan sampai tidak muntah sama sekali, minum susunya mulai mau sedikit-sedikit dan kami gembira karena mulai ada sedikit senyuman di wajahnya. Selama kurang lebih 4 bulan kondisi Louice baik dan tidak pernah sakit. Kami berpikir waktu itu bahwa kondisi Louice membaik, artinya kondisi
Di antara 4 bulan tersebut, kami sempat konsultasi kembali dengan dokter spesialis genetika, Dr Bambang Trijaya di RS Hermina Bekasi, untuk menunjukkan hasil analisis kromosom yang lengkap. Namun, dokternya mengatakan bahwa kalau dilihat dari beberapa ciri fisik Louice selain dari webneck-nya itu (dari letak dan bentuk telinga, dari bentuk matanya, etc), dia tetap memiliki pendapat kalau Louice memiliki syndrome, tetapi sekarang lebih mengarah kepada syndrome yang namanya Noonan Syndrome. Akibat dari Noonan Syndrome ini sama dengan Turner Syndrome seperti yang sudah dijelaskan di atas, anaknya kecil dan mengalami keterlambatan tumbuh kembang yang menyeluruh. Tetapi kami memutuskan untuk tidak terlalu mengkhawatirkan masalah ini, kami jalani saja seiring dengan berjalannya waktu.
Sekitar bulan Mei 2009, kami melakukan pemeriksaan echo yang ke-3 kali, ternyata hasilnya sangat menyedihkan. Bocor jantungnya bertambah besar lagi dan tekanan di parunya sudah tinggi. Bahkan ada dokter spesialis jantung dari RS Harapan Kita yang mengatakan sekalipun mau dioperasi harus dilakukan kateterisasi terlebih dulu karena bisa jadi kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk dioperasi. Artinya ini adalah kemungkinan terburuk yang bisa terjadi; secara medis tentunya……. Dari hasil pemeriksaan echo kali ini terdeteksi kalau bocornya ternyata ada 4 dan sudah besar ukurannya, yaitu di bilik kiri sebesar 10 mm, di serambi kiri 6 mm dan 4 mm dan lagi PDA sebesar 5 mm. Kalau dijumlahkan semuanya maka hasilnya adalah 25 mm atau 2,5 cm untuk jantung sekecil Louice (beratnya waktu itu 5 kg).
Sejak itu, terutama saya secara pribadi, mulai melakukan doa puasa mohon Tuhan bukakan jalan apakah kami harus melakukan operasi / tidak, dan kalau Tuhan ijinkan, dimanakah kami harus melakukannya, dan kami imani juga kalau Tuhan yang akan sediakan dan cukupkan biayanya. Biaya operasi ini cukup mahal, Prof Soedigdo mengatakan dananya harus siap sekitar Rp 100 juta. Selain itu saya pun sempat konseling dengan beberapa, pendeta dan evengelist. Dari hasil konseling dengan mereka, saya sepertinya dibukakan Tuhan bahwa Tuhan pun bisa menyatakan kuasa mujizatnya lewat operasi, tidak hanya dengan kesembuhan ilahi saja (tanpa operasi). Tuhan bisa pakai siapa saja dan cara apa saja untuk memberikan pertolongan-Nya. Dioperasi tidak menunjukkan kalau kita tidak beriman kepada Tuhan. Semakin hari maka kami semakin dibukakan, dikuatkan dan diyakinkan untuk operasi ini.
Awal bulan Juni 2009, kami memutuskan untuk Louice dioperasi dan ingin memberikan yang terbaik untuk dia. Atas rekomendasi beberapa orang, kami mulai kontak dengan humas Penang Adventist Hospital (PAH) di Penang, Malaysia. Rencananya kami ingin pergi bulan Juli tetapi ternyata dokternya di PAH akan cuti panjang di bulan Juli sehingga kami didaftarkan untuk konsultasi tanggal 4 Agustus 2009 saja. Sekitar 2-3 minggu kemudian kami malahan mulai mempertimbangkan untuk melakukan operasi ini di Jakarta saja. Akhirnya kami mengatakan rencana ini kepada Prof Soedigdo. Beliau mengatakan kalau di Jakarta pilihannya hanya 2, yaitu di RS Harapan Kita atau di RSCM. Tetapi di tengah pembicaraan kami, tiba-tiba Prof Soedigdo bertanya apakah kami pernah disarankan untuk melakukan operasi di Institute Jantung Negara (IJN), di Kuala Lumpur, Malaysia. Beliau mengatakan bahwa RS ini merupakan RS khusus jantung terbaik di Asia; tingkat resiko infeksi untuk operasi disana juga lebih kecil karena kualitas ICU-nya sudah jauh lebih baik. Australia sebenarnya lebih baik tetapi biayanya 3 kali lipat dari Jakarta, sedangkan di IJN masih lebih murah sekitar 1,5 kali lipat dari Jakarta. Kebetulan beliau juga memang sering berhubungan dengan dokter-dokter dari IJN tersebut.
Akhirnya, kami mencari tahu informasi tentang IJN ini, dan berhasil kontak dengan perwakilannya di Jakarta untuk mengetahui segala sesuatunya termasuk biayanya. Kami kembali berdoa untuk masalah tempat, dimanakan Tuhan mengijinkan untuk kami membawa Louice dioperasi, di Jakarta / Penang / Kuala Lumpur. Ternyata Tuhan bukakan kepada kami untuk membawanya ke IJN di KL. Pendaftaran, akomodasi dan biaya untuk operasinya Tuhan permudah dan sediakan semuanya. Sungguh menakjubkan bisa merasakan sendiri bagaimana Tuhan bekerja untuk semuanya ini.
Satu hal yang terus kami imani bahwa apa yang sudah Tuhan Yesus bukakan tidak akan ada seorangpun / sesuatu hal pun yang dapat menutupnya; dan tentu saja kami juga percaya sekali walaupun uang untuk biaya operasi ini sangat besar dan berat untuk kami, tetapi Tuhan Yesus tidak akan membuat kami kekurangan bahkan bangkrut. Harapan kami saat itu kondisi Louice stabil sehingga kuat untuk dioperasi, dokter dan peralatan di IJN Tuhan pakai secara luar biasa dan dananya dicukupkan untuk kami.
Akhirnya, pada hari Senin tanggal 3 Agustus 2009, Louice, saya dan baby sitter-nya berangkat ke Kuala Lumpur. Keesokan harinya, Louice dibawa ke IJN utk konsultasi dengan pediatric cardiologist-nya, Dr Mazeni Alwi; tetapi ternyata dokter ini sedang ke Jepang sehingga digantikan oleh Dr Haifah. Louice menjalani prosedur seperti biasanya, di rontgen, ECG, baru bertemu dokternya utk pemerksaan echo. Dr Haifah mengatakan Louice bisa langsung dioperasi tidak perlu dilakukan katerisasi terlebih dahulu (seperti yang dikatakan dokter di Jakarta); walaupun tekanan di paru-paru sudah tinggi tetapi kondisinya masih OK utk dioperasi. Hari itu juga Louice mulai dirawat di IJN.
Rabu pagi, saya bertemu dengan asisten dokter bedahnya, orang India Dr Paneer namanya. Dia menginformasikan bahwa operasi akan dilakukan Kamis pagi jam 9 KL oleh Dr Dato Azhari Yakub (belakangan saya tahu kalau Dr Azhari ini adalah dokter bedah jantung anak no 1 di IJN). Beliau mengatakan melihat kondisi Louice yang kecil mungkin masa pemulihannya akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Lalu saat itu juga saya diminta menandatangani surat persetujuan operasi. Saya sempat bingung karena suami saya baru akan sampai di KL Kamis sore karena perkiraan kami operasi paling cepat dilakukan hari Jumat. Saya tahu harus memutuskannya saat itu juga, maka akhirnya surat operasi saya tanda-tangani. Saya berusaha meyakinkan diri bahwa ada / tanpa suami saya, Louice akan dioperasi dengan penyertaan Tuhan Yesus. (Saat operasi Louice berumur 17 bulan dengan berat hanya 5 kg).
Kamis pagi tanggal 6 Agustus 2009, saya dibolehkan menggendong Louice sampai dia disuntik obat bius di ruang operasi. Sebelum meninggalkan ruang operasi saya hanya bisa mencium dia dan memberkati dia dengan mengatakan ‘Dalam Nama Tuhan Yesus.........’ Timnya mengatakan kalau operasi akan berlangsung sekitar 4-5 jam. Saya menunggu sambil berdoa terus untuk menemani Louice berjuang dalam ruang operasi; hanya doa yang bisa saya lakukan karena saya 100% tidak mengerti apa yang terjadi di dalam ruang operasi tersebut. Tetapi satu hal yang saya tahu pasti saat itu bahwa Tuhan Yesus yang memberi kekuatan kepada Louice dan Tuhan Yesus yang memakai tangan dokter dan timnya dalam melakukan pembedahannya. Saat itu tidak akan pernah saya lupakan, dimana saya merasakan bahwa hanya Tuhan Yesus saja yang menjadi pegangan dan harapan saya satu-satunya....tidak ada seorang lain atau sesuatu hal lain yang bisa saya andalkan kecuali kasih karunia-Nya saja. Di saat yang hampir bersamaan, suami saya dan Eunice (anak pertama kami) pun ada dalam pesawat menuju ke KL, sesuatu hal yang saya doakan juga supaya mereka sampai dengan selamat di KL.
Kira-kira jam 1 siang, saya dipanggil utk melihat Louice di ICU setelah selesai operasi. Ternyata operasinya hanya butuh waktu 3 jam-an saja, lebih cepat dari perkiraan. Asisten dokter bedahnya yang lain lagi mengatakan bahwa kondisi Louice stabil, tidak ada pendarahan, tidak ada komplikasi dan tidak ada hal-hal yang perlu dikuatirkan. Saat itu rasanya sangat lega dan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus yang luar biasa.....saya semakin dikuatkan bahwa Dia terlibat sepenuhnya dan sangat mengasihi Louice.
Waktu besuk di ICU hanya jam 6-8 malam saja; sore itu saya besuk Louice di ICU bersama2 suami (sudah datang sesaat sebelumnya...). Louice sudah sadar (jam 3 an katanya dia sadar). Melihat kami, dia menangis pelan, dia hanya bisa eugh...eugh...eugh...suatu pemandangan yang membuat saya menangis pertama kalinya.... Rasanya nga tega melihat anak sekecil dia dengan banyak selang ditubuhnya dari atas sampai bawah dan hanya bisa menangis pelan saja..... Waktu 2 jam tidak berasa, kami sudah harus meninggalkan dia hanya dengan suster ICU nya saja. Apalagi ketika kami pergi, dia melihat ke arah kami dan menangis lagi...... Tetapi susternya meyakinkan kami bahwa jika terjadi apa2 mereka akan menghubungi kami segera. Jadi kami disarankan untuk pulang ke hotel saja.
Sehari pasca operasi, Jumat tanggal 7 Agustus 2009 adalah hari yang tidak akan pernah kami lupakan. Di hari ini kami mengalami kejadian yang LUAR BIASA yang kami imani bahwa hal ini memang diijinkan Tuhan Yesus untuk kami nikmati.....Kira-kira jam 11 siang kami menjemput baby sitter-nya Louice di IJN untuk dibawa makan siang di Suria KLCC, Mal di Petronas, karena jaraknya tidak begitu jauh. Kami pikir kasihan juga susternya karena makanan di cafetaria IJN tidak terlalu enak. Saat kami makan, kira-kira jam 12.30 KL, saya ditelepon adik saya dari Jakarta yang mengabarkan bahwa Louice "lewat" alias "meninggal". Dia mengatakan ada telepon dari IJN ke rumah kami di Bekasi yang mengabarkan hal ini dan diterima oleh mertua saya. Perasaan saya saat mendengar hal itu sudah tidak mau saya rasakan lagi saat ini, bermacam-macam pikiran muncul di kepala ini, BINGUNG luar biasa.......... Kami segera turun mencari taxi untuk kembali ke IJN. Kami hanya bisa diam di dalam taxi dengan pikiran masing-masing, sementara susternya Louice sudah menangis terus... Di tengah kebingungan ini, saya berusaha menelepon Marketing Manager dari IJN untuk membantu saya mengecek ke ICU mengenai kebenaran berita ini. Saat itu saya tidak bisa menangis sama sekali, karena saya yakin kondisi Louice baik-baik saja, jadinya saya hanya merasa bingung bukannya sedih. Tetapi setelah sekitar lima belas menit berpikir2, akhirnya saya menyerah, saya katakan dalam hati “Tuhan Yesus saya merelakan Louice Engkau ambil jika ini memang yang terbaik untuk kami semua. Tetapi tolong beri saya kekuatan.” Jalanan menuju IJN siang itu agak padat, sehingga saya merasa lama sekali perjalanan saat itu..........dan sesaat saya sampai di Lobby IJN baru saya mendapat telepon dari Marketing Manager-nya itu. Lalu Ibu itu mengatakan kalau Louice baik-baik saja, dia hanya dipindahkan dari ICU ke Wad Melor (nama blok perawatan anak) karena kondisinya sudah stabil........setengah tidak percaya saya terus bertanya kepada ibu ini untuk meyakinkan diri kalau Louice masih hidup.........Lemas sekali rasanya saat itu...saya langsung lari ke atas bersama susternya Louice dan mendapatkan Louice memang masih hidup dan sedang menangis karena tidak ada yang menemani....
Teman-teman.........rasa syukur yang luar biasa kepada Tuhan Yesus karena ternyata Dia masih mempercayakan Louice kepada kami....... Sampai dengan saat ini saya masih tidak tahu susternya yang mana yang menelepon ke Jakarta, karena suster2 di Wad Melor mengatakan tidak ada yang menelepon ke Jakarta, mungkin saja suster di ICU...tetapi saya sudah tidak mau tahu lagi tentang hal ini. Buat saya secara pribadi, sungguh ini sebuah ‘Shock Therapy’ dari Tuhan yang luar biasa, pengalaman kehilangan anak selama kurang lebih setengah jam..... Jika membayangkan kejadian ini sekarang, saya hanya bisa tersenyum lega saja....
Di ruang perawatan anak ini Louice cukup 2 hari saja, dimana selang satu per satu mulai dicabut juga. Kondisinya terus stabil dan kuat sehingga hari ke 4 sudah dipindah ke kamar biasa........... Mujizat luar biasa terjadi lagi, hari ke 5 setelah operasi, Louice "setengah diusir" dari rumah sakit untuk dibawa ke hotel saja karena menurut dokter berdasarkan hasil Echo siang itu hasilnya sudah OK semua.......... Setengah tidak percaya akhirnya saya sibuk2 mengurus administrasi dan mencari hotel untuk Louice.... Dan ternyata Tuhan Yesus itu LUAR LUAR BIASA sekali.........bukan itu saja yang Dia lakukan untuk kami, tetapi Dia membuat hal lain yang membuat kami berdecak kagum........ Masalah biaya sekarang.... Kami bukan hanya tidak kekurangan bayar dengan masalah biaya operasi ini, tetapi Dia sanggup membuat saya mendapatkan REFUND dari uang deposit kami di rumah sakit tersebut, refund yang tidak kecil jumlahnya, sekitar 37,5% dari deposit yang sudah dibayarkan kami mendapatkan refund dari IJN... Buat kami ini sungguh FANTASTIS, benar-benar di luar dugaan kami...
Selama 6 hari Louice di hotel menunggu untuk dibawa kontrol kembali ke IJN...tgl 17 Agustus 2009 Louice saya bawa kontrol dan hasilnya baik semua dan dokter mengijinkan Louice dibawa pulang keesokan harinya tanpa harus kembali kontrol ke sana, karena sudah bisa dilanjutkan di Jakarta saja. Akhirnya kami pulang ke Jakarta Selasa sore tanggal 18 Agustus 2009...Selama 5 hari di rumah di Bekasi, Louice sudah kelihatan lebih banyak tersenyum, sudah mau bermain-main dan tampak lebih segar...
Saat ini, tiga bulan pasca operasi, Louice sudah menunjukkan banyak perkembangan, sudah bisa tertawa, bermain, mengoceh, mengerti / bisa diajak berkomunikasi... Berat badannya memang masih kecil, masih 6 kg, tumbuh kembangnya pun masih belum bisa mengejar ketinggalan anak seumurnya, tetapi perkembangannya dari hari ke hari menunjukkan peningkatan. Kami memang masih terus bergumul untuk masalah kemungkinan syndrome-nya itu, ‘Noonan Syndrome’, yang bisa menyebabkan anaknya kecil dan terhambatnya tumbuh kembang secara menyeluruh, tetapi kami terus mengimani bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi dan mempunyai rencana dan masa depan yang terbaik untuk Louice. Kami memang mengupayakan pengobatan secara medis juga, seperti dengan fisiotherapy, konsultasi dengan dokter spesialis gizi, dokter spesialis syaraf…..tetapi kami sangat percaya bahwa hanya Tuhan Yesus yang mampu menyempurnakan Louice dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Sampai hari ini kami tidak pernah berhenti berharap bahwa Tuhan Yesus akan terus menyatakan kuasa dan mujizatnya dalam hidup Louice.
Semoga pengalaman iman yang luar biasa dari Tuhan Yesus kepada kami ini bisa memberkati dan menguatkan iman teman-teman juga. Jangan pernah lupakan, apapun masalah yang kita alami, Tuhan Yesus kita adalah Allah yang dahsyat, Allah yang sangat sangat kreatif, pekerjaannya tidak akan terpikirkan oleh kita....
GOD BLESS YOU ALL....
Thank you Jesus for our special daughter, Louice…
You're so Beautiful, Powerful and Unbelievable...
Only You, Jesus, can DO like this...
We Love You...