Sebuah pengakuan, sebuah ungkapan telah nyata, memang mereka telah membunuh sebuah keluarga, apa dasarnya ? Banyak mungkin ekonomi, dendam. Sebuah kenyataan yang harus dihirup oleh keduanya, Sumiarsih dan Sugeng
Kejadian itu, 20 tahun yang lalu, pengakuan Sumiarsih mereka terancam oleh sang korban,seorang Kolonel.
Profesinya adalah mucikari, dan didunia seperti ide-ide seperti membunuh, menipu, menggertak itu sepertinya umum saja dan biasa. Semuanya terjadi dengan direncanakan. Mereka berempat, suami-istri, anak dan keponakan, menjalankan rencananya. Satu-persatu, mulai dari anak sang korban, istrinya dan kemudian sang korban.
Terbukti membunuh, merekapun dijatuhi hukuman mati, pertama adalah keponakannya, menghadapi regu tembak pertama kali. Suaminya , mungkin tidak tahan dengan tekanan akhirnya meninggal karena sakit.
Minggu lalu kedua orang sisa ; Sumiarsih dan Sugeng pun menghadapi regu tembak dan selesailah umurnya.
Cerita ini mungkin akan menjadi bagian dari negeri ini yang penuh dengan keputusan sesaat. Kesalahan seseorang akan dipertimbangkan pertama kali dengan keberadaan. Sungguh janggal sekali. Ironinya banyak sekali pembunuhan berencana telah dilakukan oleh anak bangsa ini, korupsi merupakan pola pembunuhan yang sangat terencana, banyak dana tidak mengalir ke posnya, pendidikan bernafas terengah-engah. Rasanya pahit mendengar keluh-kesah masyarakat ini, sama sewaktu pulang kerumah, melihat anak-anak kecil mengamen, tidak terurus, anak 3 tahun, anak 4 tahun, tanpa berdaya ,mereka telah direncanakan untuk menjadi bagian yang dinamakan korban.
Sumiarsih dan Sugeng adalah cerita sekarang, bekerja adalah sekarang, bertahan adalah kewajiban, bersyukur adalah dinding yang kokoh, berdoa adalah senjata.
GBU
No comments:
Post a Comment