Tuesday, July 29, 2008

Selamat jalan "DR. Syahrir"

Secara tidak sengaja kami bertemu dengan tokoh besar ini 4 bulan yang lalu. Saat itu atas rekomendasi dokter , kami  membawa Louice untuk pemeriksaan jantungnya. Sesudah bertemu dengan dokternya, ternyata Louice harus diperiksa dengan sebuah alat bernama "Echogram" atau kadang-kadang disebut Echo saja, alat ini dapat mendeteksi letak kebocoran jantung secara baik. Karena ketersediaan alat ini sangat terbatas maka , kami harus menunggu disebuah ruang yang cukup nyaman tetapi kecil di rumah sakit itu. Disitulah kami melihat tokoh ini sedang menunggu di ruang yang sama , mungkin juga dia harus melakukan pemeriksaan dengan alat ini. Bertemu dengan tokoh ini, kami mulai memperhatikan sekitar kami, baru pertama kali membawa Louice untuk pemeriksaan jantung maka kami merasa baru akan lingkungan rumah sakit jantung ini, ternyata setelah diperhatikan, hampir semua pasien yang datang pemeriksaan adalah orang-orang yang berumur, kecuali Louice tentunya.

Kembali ke tokoh yang kami lihat di ruang tunggu itu, saya teringat mengenai sepak terjangnya dalam negara ini. DR. Syahrir merupakan tokoh 'nasionalis'. Salah teman sperjuangannya adalah pak Darpo , pendiri dari Samudera Indonesia Group, yang merupakan perusahaan Shipping lokal terbesar saat ini. Dari gambaran bagaimana ke'nasionalis'an mereka , dapat disimpulkan betapa para tokoh yang tergabung dalam barisan nasionalis sangat menginginkan negara ini dapat sepenuhnya dimiliki dan dinikmati oleh penduduknya sendiri, bukan untuk negara asing , bukan untuk kepentingan golongan lain. Semua ini dilandasi dengan semangat mendorong pemerintah memperhatikan pendidikan yang murah, kesempatan bekerja diutamakan menggunakan tenaga lokal dan expatriat adalah pilihan terakhir.

Pada kenyataannya sekarang adalah , hampir disemua aktivitas ekonomi, pihak non lokal lah yang menonjol. Perbankan yang merupakan urat nadi untuk mengalirkan uang ke bidang real dikuasai oleh non lokal, dampaknya hampir disemua bidang real harus ada orang non lokal, yang notabene adalah 'high cost'. Perbedaanya jelas sekali dari benefit in kind yang diterima sampai kebijakan hukum, hampir mendapatkan kemudahan. Kekhawatiran muncul, jika kondisi ini terus menerus terjadi maka, sektor real yang berpengaruh pada rakyat banyak seperti listrik,air,bulog dll akan beralih pada non lokal yang berorientasi hanya kepada 'untung/rugi'.

Melihat landasan berpikir kaum nasionalis, sepertinya kita masih memerlukan figur-figur seperti ini sekarang dan dikemudian hari, sebenarnya yang mereka perjuangkan adalah sama yang seperti dilontarkan oleh bapak presiden : INDONESIA BISA.

Selamat jalan pak Syahrir.

 

2 comments:

Custom Search